Minggu, 09 Maret 2014

Sekolah Kehidupan Seri Pulang Kampung (10 Maret 2014) Bagian 7: Perbincangan dengan Pak Wangsa Ati menikmati percakapan yang asyik dengan pak Wangsa seorang kenalan baru dalam perjalanan pesawat terbang menuju Jakarta namun kenyamanan Ati terganggu ketika pak Wangsa menanyakan dari SMA mana ia berasal. Ini sulit buat Ati untuk menjawab karena ia hanya lulusan SMP. Ati memutuskan untuk jujur karena itulah yang diajarkan dalam Mandiri Sahabatku bahwa entrepreneur bisa sukses bersama kejujuran tapi ia sadar bahwa ia juga harus cerdik. Ati tidak mau jadi orang jujur yang bodoh dan inilah cara ia menjawab: “Saya sudah tahu jawabannya pak, saya pasti tidak pernah satu SMA dengan keponakan bapak... nah sebelum saya jelaskan dapatkah bapak menebak apa pekerjaan saya sekarang...? “Opps.... betul juga ya mbak kita seru ngobrol dan saya juga sudah cerita tentang diri saya tapi saya belum banyak bertanya kepada mbak Ati atau neng Ati saja ya saya panggilnya..”Demikian pak Wangsa berkata sambil menggaruk kepala lalu ia mulai menebak:”Kalau dari obrolan kita tadi .... mmm mungkin Neng Ati ini seorang dosen muda yang jangan-jangan hadir di seminar yang sama dengan saya. Sebelum kita ngobrol saya lihat neng Ati sangat asyik dengan laptop dan catatan selama di pesawat. Dosen memang senang belajar kan...? “Tebakan pak Wangsa salah......”. Ati dengan segera menjawab sambil terseyum. “Satu kali lagi pak dicoba...?” Ati memberi kesempatan kedua pada pak Wangsa sementara itu hatinya berbunga-bunga, bangga juga dikira sebagai dosen “Barangkali karena aku bawa laptop dan catatan ya...” Ati berkata pada diri sendiri. “Mmmm ..... apa ya, kalau begitu neng Ati adalah mahasiwi S2 karena kalau mahasiswi S1 rasanya tidak mungkin mereka biasanya jauh lebih muda...Jadi Anda adalah mahasiswi S2 yang sedang melakukan riset di luar negeri....?” Pak Wangsa coba menebak lagi dan tentunya ini keliru namun itu sekali lagi membuat Ati makin merasa melambung ke awan- awan. Ati terseyum dan ia merasa sudah merasa ini saatnya beterus terang: “Terima kasih pak Wangsa, semua tebakan bapak membuat saya terasa tersanjung... Saya ingin berterus terang bahwa saya tidak pernah menyelesaikan SMA bukan saya tidak mau dan saya rasa bukan juga saya tak mampu tapi karena saya tak memiliki kesempatan itu, saya lahir dan dibesarkan dalam keluarga miskin dan sejak usia muda saya harus bekerja.......” Ati menjawab ini dengan kepala tegak, Ia ingat apa yang dikatakan pengajar di Mandiri Sahabatku, terima diri, bertumbuh dan banggalah pada diri sendiri. “Jadi, jadi... apa pekerjaan Anda?”Pak Wangsa bertanya dengan wajah terkejut dan terheran-heran. “Saya bekerja sebagai domestic worker di Hong Kong, kerap kami mengatakan bahwa kami adalah BMI atau Buruh Migran Indonesia, ada yang mengatakan Penata Layan Rumah Tangga atau yang lebih populer adalah TKW, saya sudah 10 tahun melakukan pekerjaan itu di Hong Kong” Ati menjelaskan dengan mantap tanpa rasa rendah diri. Sementara Ati dan pak Wangsa berbincang penumpang disebelah pak Wangsa di kursi yang bertepian dengan gang (aisle) memanggil pramugari dan bertanya. Sayangnya penumpang ini yang kebetulan orang Hong Kong ternyata bahasa Inggrisnya sulit dipahami oleh pramugari sehingga terjadilah percakapan yang tak nyambung atau kesulitan komunikasi. Ati kembali melakukan inisiatif dengan cara menjadi penterjemah, ia berkomunikasi menggunakan Cantonese dengan penumpang Hong Kong lalu menterjemahkan ke bahasa Indonesia kepada pramugari Garuda. Pak Wangsa pun jadi geleng-geleng kepala baru pertama kali ia bertemu dengan BMI yang cekatan, cerdas dan berwawasan luas. “Saya jujur lho neng Ati tidak saya sangka bahwa Anda tidak selesaikan jenjang SMA dan tidak pernah kuliah S1..... Anda memiliki wawasan yang luas khususnya tentang entrepreneurship.”Pak Wangsa memuji Ati dengan hati tulus. “Terima kasih pak Wangsa, ini sebuah penghargaan yang luar biasa tapi saya harus juga mengatakan bahwa saya tidak lebih hebat dari lulusan SMA maupun lulusan S1. Ada mata pelajaran SMA yang saya tak pernah pelajari seperti apa tuh.... Kimia, Biologi... atau Logaritma dan yang lain-lainnya. Tentang hal itu pasti saya bloon deh pak... Juga dengan pelajaran bisnis, pengajar saya mengatakan bahwa kami belajar segala sesuatu yang akan kami butuhkan untuk kami bisa mandiri. Segala sesuatu yang lain yang mungkin bagus untuk dipelajari namun tidak terlalu kami butuhkan kami tak mendapatkannya. Misalnya ... itu... tuh.. yang ada makro.. makronya...hmmm apa ya?” Ati mengerenyitkan dahi mencoba mengingat kembali. “Ekonomi Makro ... apakah itu yang dimaksud?”Pak Wangsa yang dosen bisnis dengan cepat menebak. “Betul-betul pak.... ekonomi makro. Ini semua karena kami memiliki keterbatasn waktu pak, kami belajar dalam program Mandiri Sahabatku hanya hari Minggu inipun tidak sepanjang tahun. Syukurlah terkahir ini ada Pembelajaran jarak Jauh. Itu sangat menolong kami...”Demikian Ati menjelaskan dengan rendah hati. Sementara pak Wangsa masih terbengong- bengong Ati melanjutkan. “Demikianlah pak tentang saya, sederhana saja bukan. .? Saya bukan lulusan SMA dan bukan juga S1 tapi saya percaya keberhasilan dalam kehidupan tidak diukur oleh banyaknya ijazah sekolah formal. Ijazah Sekolah Kehidupan lebih penting buat saya. Bukankah kita bisa menemukan lulusan SMA yang jadi pengemis atau penjahat katanya karena tak ada kerja, lulusan S1 yang menganggur juga ratusan ribu jumlahnya di Indonesia. Bukankah apa yang diajarkan di sekolah tak selalu cocok dengan yang dibutuhkan di dunia kerja bukan? Setelah belajar entrepreneurship saya mengalami banyak perubahan, Mindset, Attitude, Skill dan Knowledge saya rasanya makin berkembang makin dekat dengan yang dibutuhkan oleh dunia nyata. Saya yakin koq saya bisa jadi manusia mandiri walau sekarang tidak memiliki ijazah SMA dan S1....hmmm jadi ingat istilah STM atau Sanggup Tidak Miskin” “Sekarang apa rencana hidup neng Ati, apa akan kembali bekerja di Hong Kong lagi? Atau sekarang mau liburan di kampung halaman..?” Pak Wangsa yang makin merasa kagum kembali bertanya. “Pak Wangsa setelah mengikuti Mandiri Sahabatku cara berpikir saya sudah berbeda. Sekarang pekerjaan BMI menjadi tujuan sementara untuk saya. Saya memiliki tujuan yang lebih besar, saya ingin jadi entrepreneur, saya ingin jadi pengusaha di tanah air sendiri dan saya sudah membuat Road Map (peta rencana) nya.”Ati menjelaskan dengan mantap. “Lalu, sekarang sudah sampai dimana melaksanakan Road Map anda..? Kembali pak Wangsa bertanya. Ati diam sejenak, matanya memandang ke atas:”Saya harus merubah Road Map saya pak..... bulan lalu ibu saya meminta saya mendukung adik untuk kuliah dan selesaikan S1..” “Jadi.... apa perubahannya?” Pak Wangsa makin bersemangat bertanya. “Saya akan mengikuti jejak rekan Susilowati untuk bekerja dulu di sektor formal, jadi pekerja profesional lalu setelah itu baru mencipta usaha bisnis sendiri..., masalah saya sekarang bagaimana mendapatkan informasi tentang pekerjaan yang cocok dengan kecakapan-kecakapan yang sudah saya miliki..”Demikian Ati menjelaskan. “Hmmm... tidak mudah untuk anda, kebanyakan pekerjaan menuntut adanya pendidikan akademis dan bila ijazah tertinggi hanya SMP maka hampir tidak ada lowongan pekerjaan profesional yang tersedia....”Dahi Pak Wangsa tampak merengut sedang berpikir keras dan wajah serius pak Wangsa sempat mengerucutkan semangat Ati. Syukurlah beberapa waktu kemudian Pak Wangsa tampak berseri dan berkata:”Hey....hey..hey neng Ati jangan lupa kita adalah pembelajar entrepreneurship, kita percaya pada inovasi untuk solusi, inovasi membuat yang kelihatan tak mungkin jadi mungkin. Jadi sekarang kuncinya adalah menemukan inovasi bagaimana caranya agar neng Ati bisa Bundaakinkan perusahaan pencari karyawan profesional itu bisa mengabaikan persyaratan ijazah akademis....” “Betul-betul tapi........ bagaimana caranya ya....? Ati bergembira seakan menemukan solusi tapi ia juga bingung bagaimana cara menemukan inovasinya. ----------------------------------------------- bersambung Apa saja ya inovasi yang bisa dilakukan seseorang yang tidak memiliki persyaratan yang cukup namun bisa menembus pasar kerja profesional..? 3 jam yang lalu sekitar Daerah Khusus Ibukota Jakarta S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar